What I Wish I Knew When I Entered College
- perkymoonlight
- Aug 26, 2022
- 2 min read
Aku dulu pernah berandai-andai, “kalo aja ada buku panduan buat anak kuliahan, yang ngasih tau hal-hal apa aja yang harus dan nggak boleh dilakuin oleh mahasiswa atau anak rantau”.
Aku nggak inget apakah pikiran itu muncul sebagai candaan atau emang serius, but I think at that time I was really lost. Aku bahkan sempet mikir, “atau aku aja yang bikin? Buat anak kuliahan yang juga kebingungan, apa aku tulis aja buku panduan yang bahkan ngebahas hal-hal sepele kayak ‘cara mencari kostan’? Kalo aku udah lulus kan aku bisa bagi-bagiin apa yang aku tau”. Haha, mimpi yang sangat acak. Tapi nggak sepenuhnya nggak mungkin. Because even though there’s no book, I can still share some stuffs I know through this blog post. Besides, Alhamdulillah, I have graduated from college a few months ago 😉
Buat kamu yang akan memasuki masa perkuliahan. Buat kamu yang akan jadi mahasiswa. Buat kamu yang lagi ada di tahun pertama. For you who are lost and in desperate need of guidance. Let me tell you things I learned throughout college. Lessons I got from experiences I’m proud of, memories I regret, and things I wish I realized sooner. Bukan untuk pamer dan bukan untuk mengeluh. Tapi murni karena aku mau mencoba membantu dengan ngasih sedikit pencerahan. Because I know my 18 y/o self would want to hear this. Because I know, if time machine does exist, I would go back in time to tell her things I wish I knew when I entered college.
P.S. kalo kamu keluarga, teman, atau kenalanku yang udah semester tua atau udah lulus, please stay. I need your help!
1. PARTICIPATE IN AS MANY ACTIVITIES AS POSSIBLE
Saat masuk kuliah, aku dikenalin sama istilah-istilah perbinatangan. Bukan, bukan kata-kata kasar. Tapi istilah kayak, “kupu-kupu”, “kunang-kunang”, dan “kura-kura”. Jujur, aku nggak ada masalah dengan apakah kamu tipe mahasiswa yang kuliah pulang, kuliah nangkring, atau kuliah rapat. Aku udah liat orang-orang dari setiap tipe itu dan mereka sama-sama keren, jadi nggak perlu merasa terbebani untuk ngelakuin sesuatu cuma biar nggak dicap dengan salah satu penamaan itu. Tapi kalo kamu butuh saran tentang mau jadi mahasiswa yang kayak gimana, jawabanku: mahasiswa yang aktif ikut ini itu.
Semasa kuliah itu, kamu dihadapin sama banyaaakkk banget kesempatan. Dan menurutku, sayang aja kalo nggak dimanfaatin. Bahkan saking banyaknya, kadang kita nggak tau kesempatan itu ada atau nggak tau mana dulu yang harus dicoba.
Mulai dari kepanitiaan acara, klub-klub departemen, UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa, organisasi regional, organisasi nasional, magang, sampe freelance. Ada juga kepengurusan Hima, BEM fakultas, BEM universitas, jadi sukarelawan, projek dosen, ikut lomba, MUN, pertukaran pelajar, apalagi sekarang ada kegiatan-kegiatan Kampus Merdeka. Dari sini aja, pasti masih ada banyak kegiatan lain yang belum aku sebutin.
Terus mungkin kamu mikir, “wow banyak banget, harus diikutin semua, nih?”. Beberapa orang bilang, kalo kita emang niat, apa aja pasti bisa dilakuin. Jadi, kalo kamu mau, silahkan. Tapi aku pribadi belom bisa ngelakuin semua itu. Jadi, boleh dipilih-pilih mana yang cocok buat kamu.
Mungkin kamu mikir lagi, “tapi gimana cara milihnya, ya?”. Nah, aku sendiri pernah mempertanyakan hal yang sama. Sayangnya aku nggak mendapatkan jawaban yang aku butuhin. Kenapa? Waktu aku jadi maba, aku dikasih saran untuk banyak-banyak gabung kepanitiaan acara. So, I did. Tapi setahun kemudian, aku ketemu orang yang bilang, “ngapain sih ikut kepanitiaan acara gitu? Mending gabung organisasi kayak gini, lebih banyak yang didapet”. Thankfully, I did that too, so I lost nothing. Tapi setahun kemudiannya lagi, aku disadarkan kalo orang-orang di luar sana udah mulai bangun karir dan ikut magang di berbagai tempat. And I was like, “what? I’ve done this and this but turns out I should be doing that?”. At the end I did that too, although it was a little bit late already. Haha, jadi yang bener milih kegiatan yang mana, nih?
Sebenernya, terkait kegiatan apa yang diikuti, jawabannya kembali ke diri masing-masing (actually, I don’t want to say this because tbh I hate this kind of answer since it doesn’t resolve my problem. I mean, how can I “kembali ke diri masing-masing”, if my “diri” doesn’t even know what to do), karena setiap orang punya nilai dan tujuan yang beda-beda. Tapi, kalau diriku yang dulu tanya, aku yang sekarang akan ngasih timeline ini untuk kegiatan non-akademikku:
Tahun pertama: banyakin kegiatan di kampus. Ikut kegiatan di klub hima, gabung UKM, daftar kepanitiaan acara ini itu.
Tahun kedua: perluas gerakan ke luar kampus. Gabung organisasi regional. Gabung organisasi nasional.
Tahun ketiga: mulai persiapin karir. Daftar magang (Magang Merdeka misalnya), gabung kompetisi-kompetisi (Business Case Competition, etc) dan ikut kegiatan persiapan karir kayak webinar, workshop, atau mentoring session (aku ngerekomendasiin kamu ikut kegiatannya Internnet).
Tahun keempat: ada 2 opsi. Kalo nggak masalah dengan mundurin waktu lulus, aku mau BANGET ikut kegiatan pertukaran pelajar ke luar negeri. Tapi kalo ngejar lulus tepat waktu atau bahkan lebih cepat, aku akan fokus ke ngerjain skripsi
(Disclaimer: I didn’t follow this timeline back then because I was still clueless. But I noticed this through my experiences. So, if I could go back in time, I would do this)
Kakak-kakak, kegiatan apa, sih, yang kalian sangat rekomendasiin untuk temen-temen maba? Let us know in the comment section down below, ya!
Sekarang pertanyaannya adalah “emangnya kenapa aku harus aktif di berbagai kegiatan?”. Buat menuhin CV? Nggak salah, sih. Aku sering kok, denger alasan realistis ini. Buat nambah pengalaman? Ini juga bener. Pengalaman kan guru terbaik. Tapi kalo kamu tanya aku, salah satu manfaat yang paling kusuka adalah aku bisa ketemu sama banyak orang. Aku belajar kalo perhatian, ketertarikan, dan wawasan kita bisa berbeda tergantung dimana dan dengan siapa kita berdiri. Dengan ketemu sama orang-orang yang beragam, duniaku jadi lebih luas. Selain itu, aku juga bisa belajar dari kepribadian mereka. Apalagi orang-orang yang aku temui itu keren-keren dan baik-baik banget. Jadi, itulah alasanku merekomendasikan untuk berpartisipasi di berbagai kegiatan.
Ngomong-ngomong soal ketemu orang baru, mari kita lanjut ke poin no.2
2. EXPAND YOUR NETWORK
Jujur, ini adalah salah satu hal yang aku sesali karena nggak banyak aku lakukan. Aku ngeliat temen-temenku ikut kegiatan bareng dosen, bantuin projek dosen, atau sesederhana bisa ngobrol dan nongkrong bareng dosen. Menurutku itu keren banget. Aku juga ngeliat temen-temenku bisa deket sama kakak tingkat dan adek tingkat. Itu juga keren banget. Nggak ada yang salah dengan memperluas koneksi. Entah itu buat seneng-seneng bareng aja atau buat membantu untuk sesuatu yang berguna di masa depan, kayak minjem buku atau minta surat rekomendasi. A sincere relation is always a good thing. *sigh in regret*
Selain sama orang-orang di kampus, kamu juga bisa bangun relasi sama para profesional di bidang yang kamu tekuni. Caranya? Lewat LinkedIn. Aku awalnya takut buat meng-approach orang di LinkedIn. Tapi orang-orang di sekitarku ngelakuin itu dan mereka dapet respon yang positif. Jadi misalnya kamu ikut webinar dan kamu kagum banget sama speakernya, nggak usah ragu buat ngirimin dia pesan di LinkedIn.
3. USE THE LEARNING METHOD THAT WORKS BEST FOR YOU
Aktif ini itu, cek.
Punya banyak kenalan, cek.
Tapi inget kata orang dewasa, “kamu kuliah tujuan utamanya belajar” 😊
The thing is, belajar waktu kuliah ternyata nggak sama kayak waktu SD, SMP, dan SMA. Yang paling kerasa adalah saat ujian, karena alih-alih banyak ngerjain soal pilihan ganda atau isian (walau mungkin ada beberapa), kamu bakal banyak ketemu sama tugas essay, isian panjang, tugas kelompok, dan ujian lisan. Jadi, gimana cara belajarnya?
Jawabannya: terserah kamu.
“Sangat tidak membantu jawabannya”. Aku tau.
Tapi emang bener. Karena sistem pengajaran dan ujian di kuliah beda dari tingkat pendidikan sebelumnya, kamu perlu cari metode belajar apa yang paling cocok buat kamu.
“Kalo Inez caranya gimana?”
a. Diskusi sama temen
Waktu aku masih kuliah offline dan masih merantau, ketika mau ujian aku suka study date sama temenku. Kami bakal ketemuan di café atau tempat makan, terus bahas materi yang udah kita sepakatin sebelumnya. Biasanya kami bakal saling ngejelasin ke satu sama lain bagian-bagian atau bab-bab tertentu. Kalau ada yang nggak kita ngerti, kit acari jawabannya bareng. Kalau ada yang kurang, yang paham bisa nambahin.
Menurutku cara ini ASIK BANGET, karena 1) belajar sambil nongki tapi tetep dapet ilmu, 2) kita otomatis udah baca duluan materi yang mau kita jelasin dan kita juga jadi tambah paham waktu nyampein lagi hal itu ke temen, 3) kita bisa saling mengisi gap satu sama lain, dan 4) asik aja nggak sih main sama temen? Apalagi kalo disela-selanya sambil ngobrol. Nggak bosen kayak belajar sendiri.
b. Kalo dosen nyuruh baca atau nonton sesuatu sebelum kelas, lakukanlah
Pretty self-explanatory, but seriously, do it. Antara nanti dosen ngasih pertanyaan dadakan atau kamu jadi lebih paham ketika kelasnya mulai, ngelakuin ini berguna banget.
c. Nyatet selama pelajaran
Aku sangat suka nyatet selama pelajaran. Walaupun dosen ngasih file presentasinya atau walaupun aku bisa screenshot/motret materi yang dikasih, aku lebih suka nyatet sendiri saat itu juga. Entah nanti catatannya aku buka lagi atau nggak, tapi saat itu aku lebih paham kalau aku nyatet, karena aku bisa mengorganisir apa yang dosen sampein ke cara yang bisa aku mengerti.
d. Baca, tonton, jelasin.
This is something I did when I was working on my thesis, tapi bisa juga diaplikasiin di saat-saat lain. Biasanya, aku akan baca buku, catatan, atau bahan bacaan yang udah dosen kasih. Terkadang sambil di-highlight, dicoret-coret, atau malah dirangkum di tempat lain. Tapi nggak jarang, aku nggak ngerti apa yang aku baca, karena aku tipe orang yang suka dijelasin. Alhasil, aku bakal nonton penjelasan yang ada di YouTube supaya jadi ngerti. Kalau udah paham, aku bakal mengingat apa yang aku pelajari itu dengan melafalkannya. Seakan-akan aku lagi ngejelasin hal itu ke tembok.
Kakak-kakak, gimana, sih, cara kalian survive dengan segala kehidupan akademik selama kuliah? Type it down in the comment section down below, ya!
4. FIND THE RIGHT “KOSTAN”
Tips ini buat kamu yang kuliahnya jauh dari rumah dan harus ngekost. Beberapa orang bisa tinggal dimana aja dan nggak pilih-pilih soal kostannya. Beberapa yang lain harus cari kostan paling nyaman buat ditinggi selama bertahun-tahun, apapun definsi nyamanmu itu.
Pertama, kenali diri kamu. Aku pernah ngekost di 2 tempat. Kost pertamaku punya bentuk yang sangat mendukung kehidupan individualis. Lorong berisi kamar-kamar luas yang tidak saling berhadapan. Ruang-ruang bersamanya pun jarang dipake bersama-sama. Kalo kamu suka privasi, kostan kayak gitu cocok banget buat kamu. The problem is that I don’t like being alone. I like to spend time by myself, but I like to be with people. Nah, kost keduaku sangat mendukung kepribadianku yang kayak gitu. Kamar-kamarnya saling berhadapan. Ada dapur dan ruang makan dimana anak kost bisa rame-rame disitu (walau terkadang aku malu buat ikut-ikutan). Anak kostnya juga ramah-ramah dan, pengalaman berharga, kita suka ngetok kamar sebelah buat nanya atau ngasih makanan. Kalo kamu suka kebersamaan, kostan kayak gitu cocok banget buat kamu.
Kedua, cari tahu apa yang emang kamu butuhin. Apakah kamu suka toilet dalam yang special buat kamu aja atau kamu suka yang luar karena kamu nggak jago bersihin toilet? Apakah kamu suka kostan yang deket supaya bisa tinggal jalan atau kamu nggak masalah dengan kostan yang jauh tapi bagus? Hal-hal kayak gitu ngaruh juga sama kenyamanan selama ngekost, loh.
Ketiga, jangan ngandelin aplikasi. Bukan menjelek-jelekan siapun, tapi ini berdasarkan pengalamanku, adikku, dan teman-temanku. Kostan yang tersedia di aplikasi itu seringkali kurang cocok sama kita. Justru kostan yang kita dapetin dari hasil hunting sendiri keliling area kampus lah yang oke. Jadi boleh banget kamu nyari kost dengan nyamperin langsung area sekitar kampus. Kamu juga bisa minta referensi dari kenalan satu kampus kamu, terkait daerah apa aja yang biasanya berisi kost-kostan bagus.
5. LAST, BUT OBVIOUSLY NOT LEAST, IT'S OKAY IF YOU FEEL THAT LIVING ALONE AWAY FROM HOME IS DIFFICULT AT FIRST, SINCE SOME PEOPLE FEEL SO TOO
Beberapa orang merasa senang bisa merantau. Mereka bisa jadi lebih mandiri, lebih bebas, mendapat lebih banyak kesempatan, mendapat pengalaman baru, dan bertemu orang baru yang bikin mereka nyaman. Beberapa orang merasa biasa aja saat merantau. Mereka pikir, “oh yaudah, emang rumah dan kampus gua jauh, yaudah”. Sementara itu, beberapa orang merasa merantau itu sulit. Kalau kamu salah satunya, aku mau bilang: nggak apa-apa. Kamu nggak sendiri.
Apapun itu alasannya, kesulitan kamu itu valid. Entah kamu jadi kesepian atau bahkan pingin nangis. Apapun itu, itu normal. Aku sendiri tahu beberapa cerita. Aku tahu orang yang jadi takut denger suara suatu kendaraan karena kendaraan yang membawa dia pergi jauh dari rumah. Aku tahu orang yang suka nangis di kost sambil dengerin lagu, sampai tiap denger lagu itu lagi, dia bisa inget kesedihan yang dia rasain. Aku juga tahu orang yang nangis di kamar mandi kostan yang sepi, sambil ngucek rok putihnya yang terkena noda bulan yang datang di hari-hari pertama ospeknya. Oh, orang ketiga itu aku. Haha, story I’ve never told anyone. Intinya, aku tahu orang-orang yang lebih suka pulang daripada ngekost.
Alasan aku ngasih tau ini adalah karena, terkadang, mengetahui kalau orang lain juga mengalami hal-hal berat yang kita alami bisa membuat kita merasa sedikit lebih tenang. Bikin kita mikir, “oh wajar toh ternyata”, “oh mereka juga gitu toh”, “berarti aku boleh ya merasa kayak gini”, atau “berarti nanti aku juga akan membaik kayak orang-orang sebelum aku”. Jadi, sekali lagi, nggak apa-apa. Itu normal. Semoga kamu nggak perlu mengalami itu. Tapi kalo udah terjadi, maaf ya kamu harus ngerasain itu. Kabar baiknya, it’ll get better.
“Gimana caranya?”
Hal yang bikin kehidupan perantauanku asik adalah temen-temenku dan kesibukanku.
Kakak tingkatku pernah bilang, “temen-temenmu itu sibuk biar dia nggak nangis, rek”. Haha, aku masih inget banget kata-kata itu. Mungkin agak ekstrem, ya. Tapia da benernya.
Selain itu, ketemu sama temen satu frekuensi juga membantu banget. Kamu bisa temenan sama semua dan tetep punya orang-orang terdekat. Orang-orang yang bisa kamu ajak ngobrol bareng sampe tengah malem atau deep talk di coffee shop. Orang-orang yang bisa kamu ajak jalan bareng buat jajan, main pump, atau ngasih tisu waktu kamu nangis nonton Avengers Endgame. Orang-orang itu mungkin bisa bikin kamu merasa bersalah karena ninggalin mereka untuk hal-hal superfisial. Orang-orang itu mungkin akan datang dan pergi karena mereka punya masalah dan kesibukan masing-masing. Tapi orang-orang itulah yang bikin kehidupan kuliahmu berwarna. As cringey as it sounds, it’s true.
Kakak-kakak pernah nggak, sih, ngalamin hal serupa? Kalo pernah, feel free to share your story di kolom komentar di bawah!
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa aku rekomendasiin ke kamu yang baru memasuki dunia perkuliahan. Beberapa pelajaran yang aku dapetin berdasarkan pengalamanku. Semoga bisa sedikit ngasih pencerahan dan sedikit ngebantu kamu yang masih penuh kebingungan, ya!
Terakhir, semangat kuliahnya!


Comments